Nyoba Baju Anak Daro di PDIKM, SumBar

Dalam adat Jawa, kita sering menemukan pengantin wanita mengenakan baju kebaya atau dodotan dengan ciri khas konde dan paes di bagian atas kepalanya. Sedangkan di Sumatera Barat, pakaian yang dikenakan oleh mempelai wanita dikenal dengan Baju Anak Daro yang artinya baju mempelai wanita. Baju anak daro sendiri terdiri dari beberapa bagian yaitu :

Suntiang, — atau sering juga disebut sunting — merupakan hiasan kepala yang dikenakan oleh anak daro berbentuk setengah lingkaran berwarna emas atau perak yang terbuat dari lempengan logam. Beratnya berkisar 3 kg – 6 kg tergantung ukuran suntiang itu sendiri. Tapi belakangan ini sudah ada juga yang beratnya lebih ringan karena terbuat dari plastik. Zaman dahulu, rambut anak daro dibuat konde dan ditusuki suntiang satu per satu, namun seiring perkembangan zaman, suntiang dibuat lebih modern sehingga lebih mudah saat mengenakannya. Hanya tinggal diikatkan saja pada kepala.

Baju Kuruang (atasan), merupakan baju panjang yang longgar, sehingga setiap ukuran badan wanita bisa mengenakannya. Walaupun begitu, tenang saja, masih ada ikat pinggang dan hiasan pada bahu sehingga badan masih berbentuk namun tidak terkesan sexy. Disamping itu baju ini juga tebal dan tertutup untuk menutupi aurat wanita. Warna baju daro pada umumnya adalah merah, hitam dan emas.

Kodek (bawahan), berbentuk sarung dengan bahan yang sama dengan baju kuruang anak daro. Hanya ada satu ukuran, karena penggunaannya pun di ikatkan pada bagian belakang sesuai dengan ukurang pinggang.

20 November 2014 lalu, senang sekali saya berkesempatan untuk mengunjungi Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau (PDIKM), Padang Panjang, Sumatera Barat. Ini bisa terjadi karena saya menang kuis #LEPAS975FM (Liburan Sampai Puasss) yang diadakan oleh Motion Radio 97.5 FM dan disponsori oleh TX Travel, dimana salah satu destinasinya adalah ke PDIKM.

 

IMG_7069-0.JPG

Dalam perjalanan menuju PDIKM, saya diinformasikan oleh Amel –tour guide dari TX Travel – bahwa saya bisa menggunakan baju anak daro dan berfoto di sekitaran rumah gadang. Nggak pengin menyia-nyiakan kesempatan, saya langsung menuju rumah gadang di lantai paling bawah. Begitu masuk ke dalamnya, saya segera menengok ke kanan dan menjumpai pelaminan yang biasa digunakan dalam pernikahan adat Minangkabau. Waaw mata saya langsung terperana ke pelaminan tersebut. Bagaimana tidak? Dominan warna merah, kuning, biru dan emas sungguh membuat mata membelalak. Ternyata pelaminan disini digunakan untuk background foto saat menggunakan baju anak daro.

IMG_7072.JPG
Saya masuk ke dalam ruangan belakang pelaminan tersebut dan menjumpai banyak sekali baju anak daro yang di sewakan dengan harga Rp. 25.000. Saya langsung bilang ke seorang Uni yang ada disana, bahwa saya ingin coba mengenakan baju anak daro yang warna pink dengan suntiang silver. Si Uni melayani saya dengan sabarnya. Dimulai dengan mengenakan kodek dan mengikatkan tali di belakang sesuai dengan ukuran pinggang saya bair nggak kedodoran, dilanjutkan dengan baju kuruang kemudian ditambahi hiasan bahu serta ikat pinggang besar. Kesan pertama mengenakan baju anak daro adalah gerah. Kainnya yang tebal dan menutupi semua tubuh membuat saya tidak begitu nyaman menggunakannya. Namun, demi pengalaman baru, saya berusaha menahan diri tidak mengeluh kegerahan. Kemudian, Uni mengikat rambut saya ke arah belakang dan menutupi kepala saya dengan kain silver, untuk kemudian dipakaikan suntiang diatasnya dan mengikatkan kedua talinya supaya tidak terjatuh. Kali ini saya memang menggunakan suntiang replika, beratnya berkisar 0,5-0,7kg. Lumayan berat dan harus bisa jaga keseimbangan, khususnya pada saat jalan.

Keluar dari ruangan tersebut, saya menuju ke pelaminan untuk berfoto. Disana, ada juga fotografer yang bisa menghasilkan foto langsung jadi. Ukuran fotonya 6R dan bisa ditebus dengan harga Rp. 15.000. Psst..saya kemarin dapet diskon menjadi Rp. 10.000,- Lucky me!

Selesai berfoto dipelaminan, saya menuju rumah gadang di bagian atas untuk berfoto kembali. Spot yang biasa digunakan adalah tangga, jendela, dan depan rumah gadang. Inilah beberapa hasil foto saya mengenakan baju anak daro :

IMG_7082.JPG

IMG_7073.JPG

IMG_7079.JPG

IMG_7080.JPG

 

Sampai detik ini saya masih suka membayangkan betapa lelahnya seorang mempelai wanita yang mengenakan baju anak daro pada saat pernikahannya. Salut!

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Web Design BangladeshWeb Design BangladeshMymensingh