Waktu Menjawab Kedewasaan

source: google.com

source: google.com


Based on true story. Alena, seorang wanita muda yang mempunyai impian untuk menikah di lokasi yang bernuansa alam bertemu dengan seniornya bernama Bianca yang sedang dalam persiapan pernikahan. Keduanya memiliki kepribadian yang berbeda dimana Alena seorang pemikir keras sedangkan Bianca sangat cuek. Saking cueknya, Bianca mendaftarkan pernikahannya di gereja di hari terakhir pendaftaran, itu pun karena dia baru tau bahwa itu adalah hari terakhir. 

“Bi, gue abis liat brosur wedding package di Bandung nih. Karena kalau nikah di Bali terlalu mahal di ongkos dan nikah di Cibodas terlalu rumit untuk penyediaan fasilitasnya, kayanya boleh juga nih nanti nikah di Bandung” curhat gue ke Bianca.

“Yauda nanti elu nikah di Bandung aja” jawab Bianca.

“Gue habis kalkulasi, kalau gue ambil package 350k/orang dengan jumlah 300 pax berarti total sama pajak kisarannya 120jt terus dekorasi dan lain-lain kalo ditotalin 200jt. Kalau gue mau nikah 2 tahun lagi berarti harus siapin budget 250jt kali ya kan ada inflasi” jelas gue pada Bianca. “Tapi mending buat DP rumah Bi, nikah mah di KUA aja yang penting mah SAH” lanjut gue.

Wes karepmu Alena piye wes!” jawab Bianca singkat.

“Bisnis apa yah Bi buat dapetin duit 250jt dalam 2 tahun?” tanya gue ke Bianca.

“Woelah, lu itung-itungan coba, dalam 2 tahun itu tabungan dari gajimu kan bisa menuhin setengahnya toh ya? Sisanya ya patungan sama calonmu” jawab Bianca.

“Kalau cuma nabung buat nikah, gue gak bisa shopping dong?”

“Ya elu pisah-pisahin mana yang tabungan nikah, mana yang buat shopping”

“Tumben elu bijak, Bi!”

“Gue itu kadang emang konslet, tapi kadang dewasa” sahut Bianca. “Inget ya! Kadang-kadang doang” tegas Bianca sembari senyum lebar.

“Kenapa cuma kadang-kadang Bi?”

“Karena gue bukan Bianca Teguh!” jawabnya simpel.

“Yaa kalo lu Bianca Teguh mah, elu sekarang udah jadi pengisi segmen motivasi kali di TV”

“Nah itu! Sekarang mah boro-boro kerja seadanya”

“Terus lu kapan pembinaan pra nikah jadinya?” tanya Alena.

“Bulan depan, doain ya. Many things to do, gue mau cuti juga di deket-deket tanggal itu”

“Wuih, tumben banget. Berasa bukan elu deh Bi” jawab Alena. “Dulu kalo ditanyain soal persiapan nikah, selalu jawabnya ‘nanti aja’ sekarang tiba-tiba mikirin sampe detail. Salut!” lanjut Alena.

“Alena, suatu hari nanti, elu akan berada di posisi seperti gue. Dimana waktu mengharuskan elu untuk menjadi dewasa. Mungkin bukan dalam penampilan tapi dalam pikiran dan perbuatan” jelas Bianca.

 Sebuah percakapan simpel antara Bianca dan Alena, membuat gue hening sejenak. Pernah gue berpikir bahwa kedewasaan seseorang hanya bisa dilihat dari pola pikir dan perilakunya sehari-hari. Tapi dari percakapan ini gue melihat bahwa kedewasaan seseorang tidak hanya diukur dari keseharian namun ​ada ​waktu​ tertentu​ yang ​bisa menjawab ​hal itu. Bagaimana pendapat Anda?

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Web Design BangladeshWeb Design BangladeshMymensingh