The choice is yours

Anabelle, seorang wanita berusia 28 tahun yang bekerja sebagai Sales Manager di sebuah perusahaan retail di Jakarta berkumpul bersama temannya semasa SMA di sebuah kedai kopi daerah Senayan. Ia tiba di kedai kopi tersebut tepat 10 menit sebelum waktu yang sudah ditentukan dan segera masuk ke dalam menuju sofa maroon yang ada di pojok kedai.
Duduk santai sembari melihat menu dan mendengarkan alunan guitar jazz California Dreaming, pikirannya melayang pada sebuah pertanyaan yang baru saja ditanyakan Ibunya sebelum Ia pergi menuju kedai, “Mama, kapan bisa menimang cucu dari kamu, nak? Teman Mama udah pada punya cucu. Mama juga kepengen.”
“Haiiii Belle” sapa Christine dengan lantang membuyarkan pikiran Belle
“Haii Tine, sendirian aja?” tanya Belle sembari ritual pelukan sahabat dan cipika cipiki
“Halo kaliaaannnnn! Apa kabarr?” sapa tanya Talitha yang baru saja datang bersama Jenifer. “Kangen banget ih sama kalian!” lanjutnya sembari memberikan group hug berempat.

Selesai menyapa satu sama lain, mereka duduk pada sofa dan memesan earl grey coffee, oreo frappe, lime mojito, red velvet pie dan hummingbird cake pada pelayan. Pembicaraan dimulai dengan nostalgia masa SMA dimana mereka berempat tergabung dalam genk Ijo Lumut (Ikatan Jomblo Lucu dan Imut) karena pada awal terbentuk semuanya masih jomblo. Dengan tagline we’re single but sometimes not available menjadikan genk ini paling hits selama duduk di bangku SMA. Walaupun terkadang, beberapa dari mereka merubah status fb-nya menjadi in a relationship, tetep saja tidak merubah nama genk sama sekali.

Talitha yang berdagu belah kini sudah memiliki seorang baby berusia 1 tahun. Kesehariannya disibukan dengan mengurus anak dan menjadi guru yoga di sebuah sanggar. Jenifer, pegawai kantoran yang dua bulan lagi akan menikah sedang disibukan dengan persiapan pernikahannya. Lain halnya dengan Christine yang tengah mengandung si buah hati dari pernikahan keduanya, dia sibuk dengan bisnis online shopnya di Instagram. Sedangkan Annabelle masih belum bisa move on dari mantannya, Kevin, yang sudah berpisah dengannya selama 2 tahun terakhir. Masing-masing dari mereka mempunya jalan kehidupan yang sangat variatif dan unpredictable. Hingga akhirnya munculah curhatan dari Belle soal pertanyaan Mamanya.

“Girls, nyokap gue tadi tanya kapan mau kasi cucu buat mama?.” “And you know what, ngedengernya, gue berasa pengin ditelen bumi aja. Gimana caranya gue bisa kasi cucu kalo gue aja sekarang masih jomblo.”

Sontak ketiga teman Belle tertawa terbahak-bahak. “Inget umur weyy!” celetuk Talitha. “Itu mah pertanyaan yang wajar banget, Belle. Secara umur segini kan emang udah waktunya nih” tanggap Chrsitine. “Gue aja udah dua kali. Enak loh kawin” lanjutnya sambil mengerlingkan mata sebelah kanan dan tertawa licik. “Santai aja lah Belle, semua indah pada waktunya. Tapi ya ora et labora” kata Jenifer santai.

“Yaampun, kalian bertiga tuh nggak berubah yah dari dulu. Elu ya Tal, lempeng bener dah. Saklek banget. Kagak berubahhh! Elu juga Tine, mesum tiada tandingannya deh. Duh kangen banget ih kumpul-kumpul gini.” jawab Belle sambil menunjuk temannya satu per satu. “Dan tetep dong, Jejen, you’re the most adorable logic best friend in my world.” puji Belle sambil memeluk Jenifer yang duduk tepat di samping kirinya.

“TERUS GUE MESTIII GIMANAAAAAAA??” tanya Belle kembali. “Coba convince gue dengan pendapat kalian masing-masing. Jujur, gue masih sakit hati sama Kevin. Seenaknya aja gitu dia ninggalin gue karena mau nikah sama Amanda. Nggak habis pikir ada cowo yang jahat kaya gitu. Liatin aja, karma does exist” cerita Belle.

“Elu gak boleh gitu Belle. Harusnya elu bersyukur putus sama Kevin sebelum elu menikah. Tuhan nunjukin jalannya kalau memang dia bukan jodoh lu. Kadang yang kita mau itu nggak sesuai dengan rencana Tuhan. Ora et Labora, Belle. Belajar terima kenyataan kalau memang dia bukan jodoh lu. Itu fase yang harus lu lewatin pertama. TERIMA KENYATAAN. Kalo lu masih sebel sama Kevin dan pengin dia dapet karma, itu bukan urusan lu. Itu urusan Tuhan. Okey? Be calm” jelas Jenifer

“Kalo gue jadi lu Belle, gue minta kenalin cowo sama temen-temen gue. Ikutan komunitas di social media, di gereja dan dimanapun itu biar bisa dapet cowo. Gue daftar di setipe.com, gue main tinder dan yang lainnya. Pokoknya gue harus dapetin cowo dalam waktu deket ini biar bisa cepet nikah dan punya anak.” cerita Talitha.

“Elu yakin mau tau pendapat gue, Belle?” tanya Christine dan Belle langsung mengangguk dengan tatapan mata penasaran. “Gue cerita sedikit yah, gue nikah udah 2 kali. Pernikahan pertama gue gagal karena kami berdua masih egois. Kami pikir nikah itu sama kaya pacaran, seneng-seneng, jalan bareng, nonton bioskop lanjut makan dan seterusnya. Putus ya tinggal putus terus kalo pengin bareng lagi ya bisa balikan. Seakan semua mudah dan bisa bikin bahagia. Sekarang di pernikahan gue yang kedua, gue nggak mau mengulangi hal yang sama. Segala sesuatu gue pikirin, mulai dari pertemuan keluarga, resepsi pernikahan, merencanakan punya anak sampe bayar cicilan bersama. Apa yang harus gue korbanin? Kesenangan mana yang mesti gue tinggalin dan sebagai-bagainya. Balik soal lu, kalo lu minta pendapat gue tentang pertanyaan nyokap lu, yaa gue cuma bisa bilang pikirin mateng-mateng. Apa elu bener udah siap menikah? Apa lu udah siap lahir batin untuk punya anak? Apa lu udah siap mental dengan pertanyaan orang yang gak ada abisnya? Kapan hamil? Kapan punya anak kedua? Kapan dan kapan? Lu tanyakan pada diri lu sendiri, apa lu sudah mau dan mampu menghadapi semua?”

“Tumben Tine, bijak” puji Belle pada Christine. “Tapi tapi, gue masih belom bisa move on dari Kevin, gue minder kalo kenalan sama orang di socmed, gue capek untuk memulai, gue udah kebayang kalo nikah itu harus nyicil rumah, biaya ina itu mahal. Omaigatttt!” lanjut Belle. “Gue galau! Haruskah gue cari cowo sekarang? Haruskah gue cicil rumah dulu? Apa mendingan gue inseminasi sperma aja biar punya anak? Kan yang nyokap gue mau itu cucu bukan mantu” cerita Belle yang raut muka frustasi.

Christine, Jenifer dan Talitha hanya tersenyum melihat kelakukan Anabelle yang pusing dengan keadaannya. “Tenangin diri, tarik nafas dan hembuskan, Belle” pinta Jenifer.

“Terus gue mesti bagaimana nih?” tanya Belle kembali. “Kita masing-masing udah kasih pendapat ke elu. Pada akhirnya, semuanya balik lagi Belle ke elu.” Kata Christine. Lalu seketika Christine, Talitha dan Jenifer berkata sambil memberikan senyuman kepada Belle, “The choice is yours, Belle ”

You may also like...

4 Responses

  1. @mangyana | triyana says:

    Keren Ea tulisannya. Baru pertama mampir kesini. Kayanya banyak tulisan yg menarik nih

    • eanindya says:

      Wah terima kasih mang yana. Jarang nulis koq, kebetulan aja ada waktu lowong tadi terus langsung deh ketak ketik 😀

  2. diana says:

    Somewhat and somehow agreed with Jen and Tine ☺
    Good writing ea!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Web Design BangladeshWeb Design BangladeshMymensingh