Margomulyo Mangrove
Senang rasanya berkesempatan untuk mengunjungi hutan mangrove yang ada di Kalimantan Timur ini. Mengapa? Karena jauh lebih alamiah dibandingkan dengan hutan mangrove yang pernah saya kunjungi sebelumnya di Pantai Indah Kapuk, Jakarta.
Berlokasi di kota bagian barat, saya menuju kesana menggunakan mobil. Waktu yang dibutuhkan pun tidak terlalu lama sekitar 20 menit saja dari bandara Sepinggan, disamping karena memang jarang terjadi kemacetan di Balikpapan.
Tiba di SMA 8 Keluharan Margomulyo, saya melihat sebuah plang dengan tulisan Selamat Datang di Kawasan Konservasi Mangrove. Namun, saya bingung dimanakah posisi sebenarnya, karena hanya ada sebuah gang kecil di sebelahnya dan rumah penduduk.
Setelah bertanya pada penduduk sekitar, ternyata memang benar bahwa kita harus melewati gang kecil tersebut yang disisi kanannya banyak bangunan rumah panggung. Saya agak menyanyangkan keberadaan rumah tersebut karena mengganggu pemandangan dan tidak terbayang lokasi pembuangan limbah rumah tangganya. Ah, sudahlah.
Sesampainya di pintu masuk dalam hutan mangrove, saya mendapati bahwa pintu digembok. Mendapati hal itu, sempat berpikir bahwa saya tidak bisa masuk kedalamnya, namun setelah melihat ke papan di sebelah kiri atas pintu ternyata ada informasi nomor telepon pengawas yang bisa dihubungi. Saya seakan mendapatkan secercah harapan dan langsung menghubungi. Menunggu sekitar 15 menit sesuai dengan perjanjian saat di telepon, seorang ibu berkaus ungu datang menghampiri dan membukakan gembok yang terkunci itu. Terima kasih, ibu pengawas.
Pemandangan pertama yang saya jumpai adalah jembatan tanpa ujung yang terbuat dari kayu ulin dengan pohon mangrove lebat di sisi kanan dan kirinya. Kayu ulin dipilih untuk material jembatan karena semakin terkena air, maka kayu tersebut semakin kuat. As we known, jembatan tersebut seringkali terkena pasangnya air laut, sehingga kayu ulin-lah yang menjadi pilihan terbaik sebagai material jembatan.
Saya terus menyusuri jembatan sambil melihat pohon mangrove di sisi kanan dan kiri. Banyak lahan yang sudah diberikan plang nama suatu instansi, yang mengartikan bahwa penanaman bibit mangrove dilakukan oleh civitas instansi tersebut.
Tak henti-hentinya saya menyusuri jembatan hingga mendapati suatu gazebo dan naik ke atasnya untuk melihat pemandangan dari sana. Saya dikelilingi warna hijau kecokelatan yang berasal dari dedaunan, ranting pohon serta lahan berair di bagian bawah.
Kembali menyusuri jembatan, saya melihat sebuah danau indah yang dikelilingi dengan pohon mangrove, tak lupa juga pastinya berfoto dekat jembatan di atas danau tersebut.
Kemudian saya mengikuti arah jembatan kembali dan mendapati lokasi yang sebelumnya sudah saya jumpai. Dari sanalah baru saya tersadar bahwa memang benar jembatan tersebut tak berujung.
Saat saya berjalan kembali menuju pintu keluar yang merupakan pintu masuk juga, saya sempat melihat biawak yang sedang berenang dalam perairan. Sempat juga saya menemukan 2 ekor anjing yang sedang berlari, siput di batang pohon serta kepiting kecil berwarna hitam, biru dan oranye. Sungguh menakjubkan.
Melihat hutan mangrove di Margomulyo seakan melihat alam ciptaan Tuhan yang sungguh luar biasa. Cantik.