Treetop Adventure
Look into deep nature and you will understand everything better – Albert Einstein
Sabtu sore, gue janjian sama mas Doma di tukang ketan bakar, depan toko oleh-oleh Sari Raos, Lembang. Gue bakalan dijemput disana dan dia bakal nemenin gue untuk berpetualang di Treetop Adventure. Sebenarnya kita janjian hari Minggu pagi, cuma karena Sabtu pagi gue terserang virus homesick, gue langsung telfon mas Doma untuk reschedule ke Sabtu sore sehabis gue pulang kerja dan mas Doma pun meng-iya-kan walaupun paginya dia habis lari 21 km. Iya, mas Doma orangnya baik banget koq, atletis dan masih single loh. Psst..kalo tertarik bisa hubungin gue yah ;p
Butuh waktu 30 menit untuk sampai di lokasi dari tempat gue dijemput. Begitu sampai kami bayar Rp 12.500 per orang untuk biaya masuk bumi perkemahan Cikole, tempat Treetop Adventure berada. Dari pintu masuk, kami menelusuri jalanan menurun yang sudah tersusun rapih dari paving block. Pemandangan kanan dan kiri semuanya berwarna hijau, seakan menyusuri hutan tropis. Lokasi Treetop adventure tidak jauh dari pintu masuk, sekitar 500 meter saja. Begitu mobil diparkir, gue langsung ganti sepatu dan mengambil baju ganti yang ada di dalam ransel. Gue sama mas Doma, menuju ke loket Treetop dan membayar Rp. 180.000 per orang untuk berpetualang sampai dengan jam 17.00 – jam tutup operasional –. Lalu gue menuju toilet untuk berganti baju dan menyewa loker seharga Rp. 5.000 untuk meletakan semua barang bawaan gue. Setelah siap, petugas wanita disana membantu gue mengenakan harness yang sudah dilengkapi dengan sebuah pulley dan 2 buah carabiners, yang sudah mereka sediakan sebagai peralatan standar wajib yang digunakan untuk outing. Nggak lupa juga gue memakai sarung tangan yang bisa dibeli disana.
Gue dan mas Doma memasuki arena didampingi oleh Mas Tantan yang menjadi patrol guide kami. Ia memberikan instruksi bahwa selama berpetualang di sirkuit harus ada minimal 1 carabiners yang melekat pada tali ataupun kabel yang sudah diberi tanda merah. Sedangkan pulley diletakan pada kabel yang sudah diberi tanda biru. Mas Tantan mengatakan bahwa semuanya harus mengikuti aturan yang berlaku demi keselamatan dan keamanan pribadi, karena Ia tidak mendampingi secara langsung di dalam sirkuit, Ia hanya menjadi patrol guide saja yang memantau setiap gerak gerik kami diatas.
Selain itu mas Tantan juga mengajarkan bagaimana cara mengunci dan melepas carabiners dan pulley. Khusus untuk pulley, tidak diperkenankan untuk menggantung bebas pada badan. Setiap kali pulley selesai digunakan harus dikaitkan pada kaitan yang ada di harness sebelah kiri. Selesai menjelaskan mas Tantan mengajak kami untuk memulai sirkuit oranye terlebih dahulu. Ada beberapa tahapan sirkuit dimulai dari yang paling mudah, sirkuit kuning 1, sirkuit kuning 2, sirkuit hijau, sirkuit oranye, sirkuit biru 1, sirkuit biru 2, sirkuit merah dan sirkuit hitam yang paling menantang keberanian.
Sore itu mas Tantan langsung mengajak kami untuk memulai dari sirkuit oranye. Dimulai dengan menaiki anak tangga menuju atas pohon dengan ketinggian sekitar 5 meter. Petualangan pun dimulai, flying fox, berjalan diatas kayu, menjaga keseimbangan diatas kabel menjadi hal biasa dan tantangan pun belum berasa. Kalau kata mas Doma ke gue, sirkuit oranye itu sirkuit pemanasan dan belum ada tantangan berarti. Buktinya, mas Doma yang sudah empat kali kemari, dan ini untuk kelima kalinya, Ia tetap memulai dari sirkuit oranye. Sirkuit oranye diakhiri dengan flying fox yang berakhir pada sebuah jaring untuk kemudian kami turun ke bawah menggunakan jaring tersebut.
Begitu turun, mas Tantan bertanya ke gue, mau ke sirkuit biru 1 atau langsung sirkuit biru 2? Gue nengok ke mas Doma, dan dia bilang langsung aja ke sirkuit biru 2. Sebagai newbie, gue manut aja. Lagipula mas Tantan pun bilang ke gue kalo sirkuit biru 1 tantangannya tidak jauh berbeda dengan sirkuit oranye. Jadilah, gue dan mas Doma menuju ke sirkuit biru 2. Kembali menaiki anak tangga dengan tetap mengikuti instruksi yang ada, menuju atas pohon di ketinggian 6-7 meter dari bawah tanah. Tantangan di sirkuit biru 2 mulai menguras tenaga dan melatih keseimbangan. Mulai dari berjalan diatas kayu yang berayun, flying fox hingga melewati jaring yang bikin gue engap ngangkat badan sendiri. Gue nggak suka sama tantangan berpindah pohon menggunakan jaring, alasannya cuma satu, susah ngangkat badan sendiri. Disana mas Doma ngajarin gue, bahwa gue harus menuju jaring yang paling atas dulu supaya lebih gampang buat pegangan. Gue ikutin arahannya dan memang benar bahwa pegangan gue semakin kuat, tapi perlu diketahui bahwa berjalan diatas jaring membutuhkan stamina yang besar. Mungkin ini berlaku buat gue doang kali yah, dengan berat badan yang melebihi batas berat badan wanita semok sexy. HAHAHAHA. Di sirkuit biru 2 ini, menurut gue nilainya 6 dari 10. Tantangan mulai terasa dan stamina mulai terkuras.
Selesai dari sirkuit biru 2, gue dan mas Doma menuju sirkuit merah. Karena disini mas Doma jadi private video-photographer buat gue, jadi dia yang memulai duluan. Dia sudah tau spot mana saja yang bagus untuk diabadikan momennya, jadi gue manut demi dokumentasi yang apik. Naik ke atas pohon dengan ketinggian platform hingga 8 meter masih terasa biasa. Namun, begitu tau bahwa tantangan pertama adalah Tarzan Jump gue mulai jiper. Gue harus mengaitkan kedua carabiners pada tali, kemudian gue bergelayutan menuju jaring yang ada di depan. Lagi-lagi gue harus menghadapi jaring. Di tantangan ini, gue berdampingan dengan mas Doma saat bergelayutan karena memang tersedia dua tali. Pas gue mengaitkan carabiners di tali sih cepetnya bukan main saking udah terlatihnya, tapi begitu gue mau bergelayutan gue nengok kanan kiri atas bawah dulu. Mulai berhitung untuk janjian sama mas Doma biar barengan tapi hitungannya berkali-kali seperti ini, satu…dua…aduh mas gue takut. Entah berapa kali gue seperti itu, akhirnya gue gak mau hitung lagi dan langsung bergelayutan menangkap jaring di depan. Satu hal yang gue pelajarin disini : walaupun sebenarnya gue sudah tau bahwa semuanya bakal aman, tapi mengontrol diri untuk yakin dan berani pada diri sendiri itu butuh waktu. Kenapa gue bilang aman? Carabiners semuanya sudah tercantol di tali, kalaupun gue nggak berhasil menangkap jaring, gue akan tetap bergelayutan di tali tersebut. Kemudian dibantu mas Tantan untuk turun dari tali dan mulai naik lagi keatas untuk melakukan hal yang berulang.
Begitu gue berhasil menangkap jaring, masalah pun terjadi. Gue harus bisa melepas carabiners ditali untuk dipindahkan ke kabel. Gue yang mulai lelah, memilih untuk pelukan di jaring sambil menahan badan. Mas Doma menyuruh gue untuk naik ke jaring bagian atas untuk mempermudah melepaskan carabiners. Gue mengikuti arahannya dan berhasil melepas 1 carabiners dari tali dan mengaitkan ke kabel. Tapi begitu gue mau melepaskan carabiners yang kedua dari tali, tangan gue mulai gemeteran. Beberapa kali gue coba dan ketika hampir berhasil, gue gagal lagi sampai akhirnya gue menyerah kelelahan. Yang bikin gue nyerah adalah pikiran ini, “emang sih kemari buat have fun, tapi kesehatan harus dijaga karena masih banyak kerjaan di depan. Holysh*t masih kepikiran kerjaan #IfYouKnowWhatIMean” Sampai akhirnya gue bilang ke mas Tantan yang sedang dibawah untuk ngebantuin gue. Dengan sigap dia naik ketas pohon, menuju jaring tempat gue berada dan membantu gue untuk melepaskan carabiners kedua. Iya dia cuma bantu lepasin carabiners dari tali aja, kemudian gue harus usaha sendiri buat mengaitkan ke kabel dan gue harus berjuang lagi menuju pohon di sebrang melewati jaring. Sampai di pohon, gue diem dan pelukan sama pohon sembari mengatur napas. Tiga kali menarik napas panjang, gue melanjutkan petualangan yang lebih mending dibandingkan jaring. Berjalan diatas kayu, kabel, pijakan besi, menanjak pada ayunan jaring hingga flying fox yang panjangnya 100 meter. Nah, disinilah spot bagus untuk mendokumentasikan momen. Mas Doma meluncur lebih dahulu dari gue, begitu sampai di pohon yang nun jauh disana, gue memulai untuk flying dan mas Doma sudah siap untuk mengabadikan momen. Ketika gue flying dan tidak sampai ke pohon yang satunya, mas Tantan menginstruksikan untuk gue pegangan pada kabel bukan pulley. Gue harus menarik kabel sampai tiba ke pohon itu. Cuma karena gue pengen eksis, gue teriak ke mas Doma untuk diambilkan foto *piss*. Selesai berfoto, barulah gue menuju pohon itu. Sampai di pohon, gue sama mas Doma wefie-an dulu sebelum memasuki tantangan selanjutnya. Sirkuit merah ini punya background buat foto yang sangatlah indah. TRUST ME. Selesai berfoto, gue melanjutkan tantangan demi tantangan sampai pada tantangan terakhir yaitu flying fox, mas Doma kembali merekam momen tersebut.
Selesai dari sirkuit merah, waktu menunjukan pukul 17.00 yang berarti jam operasional Treetop Adventure telah berakhir. Masih ada satu sirkuit lagi yang sebenarnya harus dicoba yaitu sirkuit hitam, tapi begitu gue lihat tantangan pertamanya Tarzan Jump dengan ketinggian yang lebih tinggi dari sirkuit merah dan ayunan tali seakan bungee jumping, kalaupun masih tersisa waktu rasanya gue belom berani mencoba. Rasanya gue harus ngurusin badan dulu biar lebih mudah bawa badan dan gue harus latihan fisik biar stamina gue kuat. But overall, it was a fantastic experience! One day I’ll be back to conquer you, black circuit 😉
Special thanks buat mas Doma yang sudah mau menemani gue kemari, bersabar menghadapi kegalauan homesick dan halusinasi pekerja kantoran *you know it, right?* :p
All photo taken by Doma Izuma using iDevice.