Komodo Trip

Flight gue QZ7534 CGK-DPS 21:40 dan gue baru sampe terminal 3 bandara Soetta jam 21:30. Alhasil begitu turun mobil, gue langsung lari ke gate untuk nemuin Enrico (pacar Esther) buat ambil boarding pass, yang sebelumnya sudah di print-kan. Tanpa banyak basa-basi, gue cuma say thanks dan lari-lari masuk ke dalam gate sambil mendengarkan nama lengkap gue disebutkan di pengeras suara. Gue langsung dianter dengan mobil putih menuju ke lokasi pesawat. Gue turun dari mobil dan langsung ngantri di tangga pesawat. “Praise the Lord, untung belom ditinggal” kata gue dalam hati. Gue masuk ke dalam pesawat dan menemui Esther yang udah duduk manis di seat 16A. Dengan napas yang masih terengah-engah gue duduk dan mencoba mengatur napas.

“Gile lu E, mepet abis” kata Esther.
“Macet banget jalanan, pusing pala barbie” sahut gue dan kita berdua tertawa.

Gue bareng Esther berangkat menuju bandara Ngurah Rai untuk memulai perjalanan Komodo Trip kami. Di dalam pesawat, kami nggak terlalu banyak ngobrol dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur saking lelahnya. Setibanya di bandara Ngurah Rai, gue langsung minta Esther buat nemenin gue makan malem dan pilihan jatuh pada Burger King. Yap! karena BK merupakan restoran yang masih buka di malam itu. Gue pesen 1 paket Whopper Jr, my fave menu.

Whopper Jr w/o pickles

Whopper Jr w/o pickles

Sembari makan, gue dan Esther ngobrolin soal kehidupan homosex jaman sekarang yang banyak kami jumpai di bandara, sembari menunggu kedatangan Hans, yang beda pesawat dengan kami. Setengah jam berlalu dan Hans menghampiri kami di BK. Begitu melihat Hans bawa koper dan sebuah ransel berisikan kamera dan lensa, gue cuma bisa geleng-geleng kepala. “Dia niat banget loh, Che (Eche, panggilan gue ke Esther – red)” kata gue. “Nggak apalah E, nanti kita yang jadi modelnya, Hans yang jadi fotografernya. Pasti foto kita bagus-bagus” timpal Esther.

Selesai ngobrol dan haha hihi, kami keluar menuju mini market untuk berberlanja beberapa keperluan. Tapi, karena harga disana tidak bersabahat (baca : 2,5x lebih mahal dari harga normal), gue mengurungkan niat dan langsung memutuskan untuk nitip ke Rena, teman kami yang sudah sampai lebih dahulu di Bali pada pagi hari yang sedang bermalam di rumah kakaknya.

Jam sudah menunjukan pukul 01.30 pagi, flight kami berikutnya GA7026 DPS LBJ 07:10. Kami segera menuju ke departure gate dengan rencana untuk tidur di dalam. Namun, petugas tidak mengizinkan kami untuk menunggu di dalam karena gate sudah disterilisasi. Gate akan dibuka kembali pukul 04.00. Gue, Esther dan Hans menjumpai beberapa orang yang tidur di depan gate sembari menunggu flight pagi dan akhirnya hal itulah yang kami lakukan. Beralaskan sarung dan kain bali yang gue bawa, kami tidur di dekat pintu keluar departure gate. Mungkin kami terlalu berharap banyak bahwa bandara Ngurah Rai yang baru memiliki fasilitas seperti bandara Changi dimana calon penumpang bisa menunggu flight berikutnya sambil tidur di waiting room, tapi ternyata harapan kami tetaplah menjadi harapan.

Sebagai backpacker sejati, kami pun terlelap dengan mudahnya disana. Kami terbangun sekitar pukul 03.50 dan beberes untuk masuk ke dalam departure gate. Di dalam, kami segera menuju ke rest room untuk mempercantik diri dan melakukan rutinitas pagi hari. Lalu, kami check in untuk cetak boarding pass dan meletakan bagasi di counter. Kemudian menuju ke boarding room dan lanjut tidur di kursi sembari menunggu boarding time. Ketika terbangun, gue menjumpai Rena yang sudah tiba bersama dengan kakaknya, dan Harun. Harun adalah salah satu peserta trip yang barengan dengan kami.

Setelah itu, Shabrina dan Qonita datang menghampiri kami, mereka berdua juga satu trip dengan kami. Kami pun boarding bersama menuju ke pesawat. Begitu melihat pesawat yang akan kami tumpangi adalah pesawat ATR72-600, gue sempet panik karena baru pertama naik pesawat baling-baling. Lebih ke takut sih, tepatnya. Masuk ke dalam pesawat dan mendengarkan lagu “serahkanlah hidup dan matimu..” gue semakin gusar. Gue langsung ngomong ke Rena, “kenapa Garuda lagunya begini sih? Kan bikin tambah parno” dan Rena pun langsung ketawa ngedenger pernyataan gue.

Dokter wanita yang duduk di sebelah kanan gue mencoba menenangkan gue. Dia bilang ke gue, kalo pesawat Garuda yang kami tumpangi aman, karena Ia sudah biasa bolak balik menggunakan pesawat itu. Gue mulai tenang dan langsung tidur sebelum pesawat take off. Maklum yah, jam tidur berantakan banget. Jadi kapanpun ada kesempatan buat tidur, gue akan tidur dengan sendirinya. Ibarat reflek. Begitu kebangun, gue langsung liat ke jendela dan mengagumi pemandangan yang gue lihat. Karena pesawat tidak terlalu terbang tinggi, gue bisa lihat dengan jelas pulau kecil yang ada di bawahnya. So, priceless.

Setibanya di bandara Komodo, Gue, Esther, Rena dan Hans langsung berfoto bersama. Biarlah dibilang norak, tapi yang pasti kami bangga dan bersyukur bisa sampai di tempat tujuan. Kami berempat sudah merencanakan trip ini dari bulan November 2014 dan akhirnya terealisasi. Maklum aja, di Jakarta kami nggak pernah berjumpa ataupun sekedar kopdar namun karena kecanggihan alat komunikasi jaman sekarang, kami dipertemukan untuk ngetrip bareng selama 6 hari.

Hello from Komodo Airport

Hello from Komodo Airport

Di bandara Komodo, kami dijemput oleh Mas Wawan, tim dari 8elapantrip dan kami langsung dibawa ke Labuan Bajo. Namun belum sampai disana, kami sempat minta berhenti di tengah jalan untuk mengabadikan foto Bajo dari atas, dan gue langsung jatuh cinta sama Bajo. Indah.

Labuan Bajo

Labuan Bajo

Kami melanjutkan perjalanan menuju labuan dan langsung masuk ke dalam kapal. Kemudian mobil yang tadi mengantarkan kami ke labuan, kembali lagi ke bandara untuk menjemput Qonita, Shabrina dan Harun. Perjalanan dari bandara Komodo menuju labuan hanya 5 menit saja. Selanjutnya mobil menjemput temen-temen lain yang kebetulan sudah tiba di Bajo sehari sebelumnya. Mereka adalah Aank, Deri, Mbak Diane, Ilma, Zelda, Otto dan istrinya, Rima. Total semuanya adalah 14 orang akan trip bareng selama 6 hari ke depan bersama 8elapatrip.

Destinasi pertama adalah Pulau Rinca. Perjalanan dari Bajo menuju Rinca membutuhkan waktu sekitar 2 jam. Selama di perjalanan kami saling berkenalan satu sama lain, seperti main MIRC, azl pls. Tapi karena begitu banyaknya yang harus diinget, sudah pastilah gue nggak langsung hapal. Jadi, lebih banyak SKSD aja di hari pertama. Selain itu foto-foto pemandangan laut yang biru dan nggak lupa tidur! Yap! Gue selalu mencuri kesempatan buat tidur. Prinsipnya asal ada sarung dan bantal leher, gue pasti bisa tidur dengan nyenyak πŸ˜€

Begitu sampai di Pulau Rinca, kami berjalan menuju pintu masuk. Panas terik menemani perjalanan kami hingga menuju gerbang Pulau Rinca. Kemudian kami diperkenalkan dengan ranger yang akan mendampingi kami selama trekking di pulau tersebut. Menurut beberapa teman, pulau Rinca sedikit banyak mirip dengan Baluran, Banyuwangi. Ada tengkorak hewan yang dipajang dan savana yang terbentang luas. Kami mengambil jalur short trekking disana. Baru jalan beberapa meter, kami langsung menjumpai rusa dan komodo. Beberapa dari kami foto bareng dengan komodo dari kejauhan dan beberapa yang lain memilih untuk diam saja. Kemudian perjalanan dilanjutkan menuju puncak jalur short trekking. Trekking selama kurang lebih sejam terbayarkan begitu melihat padang savana dengan pemandangan kombinasi pulau dan laut di depannya. Keren banget. Gue, Eche dan Hans langsung mengabadikan foto. Hans dan Eche, sudah terjamin kualitas hasil fotonya. Jadi, gue lebih sering jadi model, walaupun tampak belakang :p

Gue, Rena, Eche - Pose tiduran

Gue, Rena, Eche – Pose tiduran

Gue - Eche - Rena - pose duduk

Gue – Eche – Rena – pose duduk

Gue di Pulau Rinca

Gue di Pulau Rinca

Selesai trekking di pulau Rinca kami kembali ke kapal untuk menuju destinasi berikutnya yaitu Pink Beach. Perjalanan memakan waktu sekitar 2 jam. Di kapal, kita makan nasi kotak dengan menu ayam goreng. Nikmat banget lunch sembari melihat pemandangan pulau di lautan luas. Tak lupa juga kami berfoto bersama dan ketawa-ketawa. Lebih tepatnya meledek satu sama lain sih :p

Tim Teman (Hans, Rena, Gue, Eche)

Tim Teman (Hans, Rena, Gue, Eche)

Begitu tiba di Pink Beach, Gue, Rena dan Eche memutuskan untuk snorkeling sedangkan Hans memilih untuk naik ke atas pantai karena malas snorkeling. Pemandangan Pink Beach dari atas seperti gambar di bawah ini nih.

Pink Beach

Pink Beach

Gue yang pertama kali liat Pink Beach itu di Lombok, begitu melihat Pink Beach – Flores tetep aja masih terkagum. Pasir berwarna pink yang ada disana bener-bener indah dan pinky banget. Sehabis snorkeling disana, gue naik kano untuk balik ke kapal karena malas untuk snorkeling balik. Capek, cyin πŸ˜€

Dari Pink Beach, kami langsung menuju ke Desa Komodo sekitar setengah jam. Kami bermalam di rumah warga yang berbentuk rumah panggung. Kami tinggal di homestay Komodo milik Pak Haji Salam. Homestay disana udah langganan buat tamu-tamu menginap. Disana kami disuguhi makan malam pake ikan bakar. Kemudian selesai makan, kami menuju ke dermaga untuk mencari sinyal. Biasalah, anak kekinian, kalo nggak nemu sinyal rasanya ada yang kurang. Kemudian kami beristirahat.

Pagi hari sekitar pukul 05.30, gue, Eche dan Rena menuju ke dermaga lagi untuk menikmati sunrise. Karena semalam hujan, sunrise pagi ini tidak begitu terang tapi cukup membuat kami terkagum. Di Jakarta, langka banget bisa lihat sunrise, jadi walaupun sunrisenya nggak sempurna tetep bisa bikin seneng. Apalagi kita bisa lihat juga deretan rumah panggung warga dengan latar belakang perbukitan. Manjain mata banget pagi-pagi πŸ™‚

Sunrise di Desa Komodo

Sunrise di Desa Komodo

Rumah panggung di Desa Komodo hanya bisa menggunakan listrik dari jam 18:00 sampai dengan 24:00 selebihnya nggak pake listrik atau harus pake genset. Secara kita orang Jakarta yang terbiasa dengan listrik 24 jam buat charge ini itu, akhirnya kita memutuskan untuk extend listrik dan bayar 10 ribu per orang selama 2 hari. Oh ya, yang listriknya bisa extend cuma di rumah Pak Haji Salam aja, di rumah lain nggak bisa. Tapi gue nggak tau juga kenapa πŸ˜€

Deretan Rumah Panggung Desa Komodo

Deretan Rumah Panggung Desa Komodo

Disini gue berasa diingetin buat selalu bersyukur tinggal di Jakarta. Kebayang dong kalo nggak ada listrik, nonton tv susah, internet susah, lampu seadanya, sedangkan kita di Jakarta listrik 24 jam πŸ™‚ kurang apalagi coba? *bahan refleksi*

Selanjutnya kita bersiap untuk menuju ke Komodo National Park. Perjalanan kesana sekitar 30 menit saja. Begitu sampai sana, kita langsung trekking. Jalur yang diambil short trekking dan bisa menjumpai Fregata Hills di tengah perjalanan.

Fregata Hills - Komodo National Park

Fregata Hills – Komodo National Park

Saat trekking di Pulau Komodo, kami menjumpai babi hutan, rusa dan ayam yang menjadi makanan untuk komodo. Selain itu ada satu pohon yang umurnya 25 tahun yang hanya berbuah 1x seumur hidupnya. Pohon itu juga menjadi tempat tinggal anak komodo yang masih baby untuk melindungi diri dari kanibalisme.

Short trekking disana membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam jalan santai untuk satu kali putaran dan akan berakhir di sebuah pendopo yang dibawahnya terdapat komodo untuk biasa difoto turis.

Me vs Komodo

Me vs Komodo

Selesai dari sana, bisa juga foto-foto di beberapa spot cantik sekitar sana seperti foto di bawah ini πŸ™‚

Destinasi selanjutnya adalah Pulau Padar. Dari Komodo National Park butuh waktu sekitar 1,5 jam. Untuk mencapai puncaknya pulau ini, kita harus trekking 1,5 jam. Saran gue, kalo mau kesini better pagi atau sore sekalian saat udara lagi adem. Karena kalau trekking dilakukan siang hari seperti yang gue alami, energi yang dibutuhkan 2x lebih besar daripada yang biasanya. Medan trekking di pulau ini berupa padang savana dengan kemiringan 45 derajat. Sedikit berbatu dan beberapa spot agak berpasir.

Medan Pendakian Pulau Padar

Medan Pendakian Pulau Padar

Pulau Padar

Pulau Padar

Berikutnya ke pantai selatan dengan jarak tempuh 1 jam dari pulau Padar. Ah ya, semenjak gue melihat pantai selatan yang juga memiliki pasir berwarna pink, gue langsung merasa bahwa ‘pink beach’ bertebaran di Flores. Bukan lagi sesuatu yang spesial banget kaya di Lombok, karena di pantai-pantai Flores, banyak pink beach-nya πŸ™‚ Disini beberapa temen ada yang snorkeling, tapi buat gue yang cukup kelelahan karena trekking sebelumnya, lebih memilih untuk minum es kelapa sembari berfoto cantik.

SAMSUNG CAMERA PICTURES

Pantai Selatan

Setelah asyik main di Pantai Selatan, kami menuju ke Pulau Kalong dengan jarak tempuh sekitar 45 menit. Disini gue norak banget, soalnya gue liat ribuan kalong keluar dari sarangnya menuju ke Barat seakan kehidupan mereka baru dimulai sejak senja. AWESOME! Dari sana, kami kembali ke homestay, makan malam dan lanjut ke dermaga mencari sinyal :p

Pulau Kalong

Pulau Kalong

Kalong menuju senja di barat

Kalong menuju senja di barat

Pagi berikutnya di Desa Komodo memberikan sunrise yang luar biasa cantik bersinar bikin gue betah nunggu lama di dermaga. Namun karena waktu yang mengharuskan gue untuk packing karena harus kembali ke Bajo, akhirnya gue harus balik ke homestay.

Sunrise

Sunrise

Lalu kita melanjutkan ke destinasi berikutnya yaitu Taka Makassar, sebuah pulau kecil di kepulauan komodo dengan dataran pasir. Airnya jernih banget dan ada yang bilang mirip Belitung. Bener nggak ya? to be honest, gue belom pernah ke Belitung sih :p

Taka Makassar

Taka Makassar

Dari sana kami lanjut ke Gili Lawa / Gili Laba, trekking selama kurang lebih 45 menit dengan kemiringan lebih dari 60 derajat buat ngeliat pemandangan kaya gini. Lelahnya trekking kebayar lunas di tempat πŸ™‚

Pendakian Gili Lawa

Pendakian Gili Lawa

Gili Lawa / Gili Laba

Gili Lawa / Gili Laba

Dan destinasi terakhir kami sebelum meninggalkan Komodo adalah ke Kanawa Island. Disini bisa buat snorkeling juga sebenarnya karena bawah lautnya cantik banget. Ada nemo, bintang laut, baby hiu dan ekosistem laut warna warni lainnya. Cuma kemarin karena gue capek, gue lebih milih buat trekking ke puncak pulau πŸ™‚

Pulau Kanawa

Pulau Kanawa

last but not least, this is Kanawa island before sunset. See you when I see you, Komodo!

See you!

See you!

All photos taken by me, @echrstn dan @hans_kristian

You may also like...

2 Responses

  1. Franesa says:

    Eaa…baca cerita lo plus liatin foto2 lo aja gw udah bahagia, bener2 bikin semangat buat kesana !! Next gw harus ikut trip lo yaa, kereeenn..ditunggu jalan2 lo selanjutnya,

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Web Design BangladeshWeb Design BangladeshMymensingh